BLORA, (beritaku.net) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melaksanakan Identifikasi dan Sosialisasi Daerah Rawan Bencana (DRN) di Jawa Tengah (Jateng). Kegiatan tersebut diselenggarkan atas sinergi antara anggota Komisi B DPRD Provinsi (Jateng), BPBD Jateng dan BPBD Kabupaten Blora ruang pertemuan Resto D’Joglo, Jumat (11/03/2022).
Kegiatan yang diikuti oleh tokoh masyarakat, kepala desa, organisasi masyarakat dan kepala kelurahan di wilayah Kecamatan Blora ini, lantaran ketiga institusi tersebut, lantaran sebegai menyelenggarakan kegiatan pelayanan informasi rawan bencana tahun 2022.
“Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2020, terdapat 11 Kabupaten di Jawa Tengah memiliki kelas risiko tinggi sedang. Tidak ada satupun wilayah di Jateng yang aman dari bencana. Jadi wilayah Jateng merupakan wilayah yang rawan bencana,” kata Kepala BPBD Prov Jateng, Bergas C. Penanggungan melalui Kasi Rehab Rekonstruksi Bidang III BPBD Prov, Jateng, Sudarsono Agus Sarwono.
Menurut Agus Sarwono, hasil kajian risiko bencana Jateng 2020-2024, Jateng memiliki 14 jenis ancaman bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi dan berpotensi terjadinya korban harta bahkan jiwa. Disebutkannya, dari data tahun 2021, tercatat 1.830 kejadian bencana di Jawa Tengah dengan bermacam-macam jenis bencana.
Sedangkan data bencana tahun 2022, sampai dengan Februari, sudah tercatat sebanyak 625 kejadian bencana dengan rincian, banjir bandang 77 kejadian, angin puting beliung 275 kejadian,tanah longsor 226 kejadian, tanah gerak 6 kejadian, kebakaran 44 kejadian dan gelombang pasang serta gempa 0 kejadian.
“Masing-masing bencana memberikan dampak berupa korban jiwa serta kerugian dan kerusakan terhadap masyarakat,” ungkapnya.
Bahkan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama dua tahun juga telah membawa dampak pada berbagai sektor, naik kesehatan, pendidikan, sosial, perdagangan, pariwisata dan lain-lain.
“Oleh karena itu budaya sadar bencana perlu kita tanamkan pada diri kita masing-masing dalam rangka mengurangi risiko bencana yang terjadi,” tegasnya.
Membekali diri dengan pemahaman upaya pencegahan dan kesiapsiagaan bencana sangat perlu dilaksanakan agar kita siap menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
Sementra itu, Anggota Komisi B DPRD Prov. Jateng, Abunafi menyampaikan bahwa kondisi Blora ini merupakan rawan bencana angin, kekeringan, kebakaran dan banjir. Bencana banjir biasa terjadi di wilayah Cepu dan sekitarnya yang sifatnya genangan. Selain itu kemudian kekeringan serta kebakaran.
“Terkait partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana di Blora dari dulu selalu gotong royong. Tidak pernah tidak. Belum lama ada kejadian kebakaran di Kelurahan Kedungjenar. Kompaknya masyarakat melakukan gotong royong menangani. InsyaAllah, selama yang saya tahu, di Blora, kekompakan masih terjaga,” jelas Mbah Abu, sapaan akrab Abunafi.
Terkait dengan bencana, lanjut Mbah Abu, harusnya yang kita lakukan adalah menyikapi jangan sampai terjadi.
“Agar tidak banjir, hutannya ya dipertahankan. Hutannya, jangan dirusak. Supaya tidak terjadi kekeringan, andai saja mengambil kayu, maka perlu dilakukan penanaman kembali,” tegas Mbah Abu.
Tugas kita sebagai manusia, tambah Mbah Abu, selain ikhtiar melaksanakan seperti tanam pohon dan lain sebagainya, yang tidak kalah pentingnya adalah selalu berdoa memohon kepada Allah SWT supaya terhindar bencana dari bumi kita.
Tak hanya Mbah Abu, anggota Komisi B DPRD Prov. Jateng lainnya, Prayogo Nugroho, menyampaikan, definisi bencana sudah lebih luas, tidak hanya bencana alam.
“Jadi cara terbaik untuk mengantisipasi bencana ya sedia payung sebelum hujan. Intinya begitu. Cuma problemnya bukan disitu. Problemnya adalah kemampuan kita untuk merubah kebiasaan. Pada awalnya kita banyak kesulitan untuk menyesuaikan dengan protokol kesehatan, nah kalau sudah terjadi baru sadar,” ucap Yoyok, sapaan akrab Prayogo Nugroho.***