BLORA, beritaku.net – Bupati Blora, Arief Rohman bersama Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) melakukan panen padi organik di sawah Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan.
Dalam kegiatan tersebut, Arief mendorong agar masyarakat segera beralih dari tanam padi secara konvensional ke tanam padi secara organik.
Menurutnya, padi organik hasilnya lebih bagus daripada padi konvensional yang menggunakan bahan kimia.
“Kita sangat apresiasi atas upaya para petani mau untuk berorganik, semoga langkah ini ditiru yang lain dan nanti kita juga ingin merasakan beras sehat ini dan nanti kita gerakkan untuk bisa dipasarkan lebih jauh lagi, ini hasilnya juga bagus,” ucap Arief, Sabtu (31/7/2021).
Arief menambahkan pengelolaan sawah menggunakan cara organik sangat baik untuk mencegah kerusakan yang lebih parah di lahan pertanian.
“Kita ingin menyuburkan tanah kita biar tanah kita yang sudah terlalu lama mengonsumsi kimia ini disehatkan kembali dengan program pertanian organik ini dan ini secara masif kita minta NU (Nahdlatul Ulama) untuk menggerakkan se-kabupaten Blora,” katanya.
Dirinya pun mengaku masyarakat sudah mulai sadar untuk mementingkan pola hidup sehat dengan memproduksi dan mengonsumsi padi organik.
“Kalau punya penyakit gula atau lainnya kalau mengonsumsi (padi) organik saya kira akan lebih aman, lambat laun penyakit yang diderita bisa membantu untuk menurunkan kadar gula,” ujarnya.
Selain itu, petani yang pengelolaan lahannya dilakukan secara organik tidak akan tergantung dengan pupuk kimia yang kadang-kadang harganya mahal bahkan langka. mahalnya dan langkanya pupuk kimia.
“Ya kalau dengan menggerakkan organik ini dengan adanya pupuk langka ini bisa teratasi. Jadi petani tidak tergantung pada produk pupuk langka,” katanya.
Untuk menggeliatkan potensi pengelolaan lahan secara organik, Arief telah memerintahkan kepada dinas terkait agar melakukan pendampingan ke para petani.
“Tentunya komunitas-komunitas pertanian organik ini akan kita data dan kita kumpulkan dan dibina benar, kalau perlu nanti kita sertifikatkan, biar kedepan orientasinya tidak hanya untuk kebutuhan lokal, tapi untuk ekspor atau untuk pasar-pasar Jakarta, itu kan masih sangat butuh sekali,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua PCNU Blora, Muhammad Fatah menjelaskan setidaknya sudah ada sekitar 26 hektar lahan sawah yang tata pengelolaannya dilakukan secara organik.
“Responsnya sangat bagus, kami akan mendorong petani yang lain untuk beralih menggunakan organik,” katanya.
Bahkan dengan cara organik, hasil panen juga akan melimpah secara bertahap. Nilai jual padi organik juga lebih mahal daripada padi konvensional.
“Kalau baru pertama menggunakan organik memang hasilnya kurang maksimal, karena ada pola transisi yang dialami oleh tanah atau lahan yang ada, tapi nanti lambat laun hasilnya akan melimpah,” ujarnya.
“Saya yakin dan sudah banyak bahkan pola tanam yang ketiga itu sudah melebihi bisa mencapai 8 sampai 9 ton per hektar, nah ini nanti sampai beberapa tahun, kita pakai organik terus akan melebihi yang kimiawi hasilnya,” imbuhnya.
Testimoni Petani Organik
Salah satu petani, Sukoto mengatakan biaya operasional untuk mengelola lahan secara organik jauh lebih murah.
Sebab, pupuk yang digunakan sangat mudah dicari dan dibuat sendiri dengan menggunakan pupuk kandang, hingga pupuk kompos.
“Beras organik harganya sekitar Rp 12.000 perkilo, harganya lebih tinggi daripada kimia. Biasanya yang mempunyai penyakit gula mencarinya beras organik. Nasinya enggak gampang basi dan bisa tahan sampai tiga hari,” katanya.
“Apabila mengelola lahan secara kimiawi, maka tanahnya akan rusak, hasil panennya berkurang, biaya operasionalnya tinggi, pupuk dan obat kimia semakin langka dan mahal,” jelasnya.